Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Berita Arkeologi

PAJAK ANJING DI HINDIA BELANDA

PAJAK ANJING DI WILAYAH KARESIDENAN KEDIRI 1906,  ASU TENAN... KATA WARGANYA Tanpa sengaja saya membaca STAATSBLAD Van Netherland-Indie yang menyebutkan tentang pengenaan pajak untuk hewan anjing.  Baru seumur jagung punya pemerintahan daerah yang independen tersendiri (otonom terbatas), Gementee Kediri yang baru saja ditetapkan dengan Staatsblad nomor 148 tertanggal 1 Maret 1906 . Harus melaksanakan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam Staatsblad bernomor 373 ini yang tidak hanya diterapkan di wilayah Karesidenan Kediri saja. Tapi juga diterapkan hal yang sama untuk warga yang tinggal di wilayah  Kabupaten Preanger, Pasoeroean, Kedu, Surakarta dan Yogyakarta, yang berlaku sejak 1 September 1906. Selanjutnya juga untuk penduduk yang tinggal di wilyah Banyumas dan Madiun, yang berlaku sejak 15 September. Sedangkan untuk penduduk di Kediri bersama penduduk di Banten, Cirebon, Pekalongan, Rembang dan Besuki, baru diterapkan pada 1 Oktober 1906. Peraturan Pe...

Footprints Suggest Early Humans May Have Walked Upright

Footprints Suggest Early Humans May Have Walked Upright (David Raichlen, University of Arizona) TUCSON, ARIZONA —  The Washington Post  reports that evolutionary anthropologist David Raichlen of the University of Arizona led a team of researchers who compared footprints made by volunteers and those left some 3.6 million years ago in Laetoli, Tanzania, by members of the genus  Australopithecus . Some of the volunteers walked normally, and some walked with bent knees and bent hips, otherwise known as BKBH. Raichlen suggests the  Australopithecus  footprints resemble those made by modern human upright walkers. “Upright, humanlike bipedal walking goes back four to five million years,” he said.  (resources: Archaeology Magazine, 23/04/2018). To read about previous research on the Laetoli footprints, go to  https://arkeoblusukan.blogspot.com/2016/06/proof-in-prints-in-1976.html

Situs Candi (Petirtaan) Kepung

Situs Candi (Petirtaan) Kepung 1. Lokasi dan Stratigrafi Situs Jatimulyo terletak di dusun Jatimulyo, desa Kepung, kabupaten Kediri yang secara geografis terletak pada koordinat  7 O 40 I 20 II LS  dan  112 O 15 I 35 II BT  dari meridian Jakarta. Jarak antara desa Kepung dengan kota Kediri sekitar 40 km, atau kurang lebih 20 km dari Pare. Situs Jatimulyo ditemukan pada tahun 1983, berupa bangunan petirtaan yang ada di halaman rumah Bapak Sukemi. Bangunan ini semuanya tertutup tufa vulkanik hasil erupsi Gunung Kelud. Menurut Bammelen (1949), Gunung Kelud dengan ketinggian 1731 m termasuk dalam Zona Solo yang terbentuk dari sederetan besar kelompok Vulkan Kuarter dengan dataran antar pegunungan dimulai dari Sundoro dan Sumbing (Jawa tengah) hingga Arjuno (Jawa Timur). Gunung Kelud merupakan gunungapi yang bercirikan lahar panas dan dingin. Morfologinya tidak teratur, terdapat pundak-pundak tajam dan lembah-lembah yang curam. Oleh karena itu ...

Terjebak dalam Resin Kayu, Burung Ini Terawetkan Selama 100 Juta Tahun

Terjebak dalam Resin Kayu, Burung Ini Terawetkan Selama 100 Juta Tahun   KOMPAS.com --  Peneliti menemukan sisa-sisa spesimen   burung purba yang terawetkan dalam ambar atau resin kayu.   Burung   purba yang diperkirakan hidup sekitar 100 juta tahun yang lalu ini setidaknya mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana kehidupan pada saat itu. Di dalam ambar tersebut, terlihat kepala, ekor, leher   burung, dan bahkan juga sayap beserta kakinya. Potongan resin pohon dengan sempurna mengawetkan bulu, daging dan kuku   burung. "Ini merupakan tampilan terlengkap dan terperinci yang pernah kami miliki dan ini sungguh menakjubkan," kata Ryan McKellar dari Museum Royal Saskatchewan, Kanada, seperti dikutip dari   Science Alert , Jumat (9/6/2017).  Hasil rekonstruksi burung Enantiornithes  (Cheung Chung Tat) Tim peneliti menduga jika   burung   kecil ini jatuh dalam genangan getah sesaat setelah menetas, kemudia...

Terungkap, Orang Indonesia Sudah Pintar Bikin Perhiasan sejak Zaman Es

Terungkap, Orang Indonesia Sudah Pintar Bikin Perhiasan sejak Zaman Es KOMPAS.com   - Bangsa Indonesia ternyata sudah mengembangkan kesenian sejak zaman es. Riset yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia dan   Australia   berhasil mengungkap jejak kesenian masa lampau tersebut. Peneliti menemukan cangkang kerang, kuku elang, tulang babirusa, dan tulang hewan berkantung yang pada masanya dipakai sebagai perhiasan. "Temuan ini menunjukkan bahwa tradisi bersolek sebagai salah satu bentuk berkesenian telah berkembang puluhan ribu tahun," kata Iwan Sumantri, arkeolog Universitas Hasanuddin yang terlibat riset. "Tradisi bersolek itu malah mungkin lebih tua dari tradisi membuat lukisan gua," imbuh Iwan ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (4/4/2017). Artefak bukti kebiasaan bersolek dan berkesenian itu ditemukan di Leang Bulu Bettue, sebuah gua di Sulewasi yang kaya peninggalan arkeologis, termasuk lukisan gua. Tulang kuskus yang menjadi bagian liontin beryusia 22.0...

Jejak Berusia 3,6 Juta Tahun

Jejak   Berusia 3,6 Juta Tahun Beri Petunjuk tentang Poligami   pada Zaman Purba  KOMPAS.com - Jejak manusia purba berusia 3,6 juta tahun  ditemukan di Tanzania. "Satu jejak individu berukuran lebih besar dari jejak lainnya dalam satu grup, menunjukkan bahwa jejak itu milik seorang laki-laki," kata Giorgio Manzi dari Universitas Roma yang memimpin riset. Laki-laki pemilik jejak yang terbesar itu diduga punya tinggia 165 cm. "Membuatnya menjadi Australophitecus terbesar yang pernah diidentifikasi," imbuhnya. Jacopo Moggi-Cecchi dari University of Florence yang juga terlibat riset mengatakan, jejak itu bisa memberi petunjuk tentang gaya hidup manusia purba masa lalu. Jejak  Australophitecus  afraensis di Tanzania. Jejak itu memberi petunjuk bahwa manusia purba berpoligami ( Raffaella   Pellizzon) "Temuan jejak-jejak ini membuka jendela yang berbeda, ada banyak peluang untuk mempelajari kehidupan sehari-hari manusia spesies ini," ka...
Intact Figurine Unearthed at Neolithic Town in Turkey STANFORD, CALIFORNIA— Ars Technica  reports that an intact female figure carved from marble was recently unearthed at ÇatalhöyĂĽk by a team of archaeologists led by Ian Hodder of Stanford University. ( Jason Quinlan ) Turkey’s Ministry of Culture and Tourism announced that the statue dates to between 8000 and 5500 B.C., measures about 6.7 inches long, and weighs about two pounds.  (resources: Archaeology Magazine, 13/09/2016 ) ( Ian Hodder, Stanford Univ. )

Perburuan Kereta

Perburuan Kereta Emas Nazi di Polandia Berakhir dengan   Kegagalan  WARSAWA, KOMPAS.com Para pemburu harta karun akhirnya menghentikan upaya mencari kereta emas Nazi Jerman yang diduga disembunyikan di kawasan pegunungan Polandia. Berdasarkan legenda lokal, kereta api pembawa harta karun Nazi itu disembunyikan dalam terowongan rahasia di pegunungan Owl tak jauh dari kota Walbrzych, wilayah barat daya Polandia. Dugaan itu muncul karena wilayah ini menjadi jalur penarikan mundur pasukan Jerman yang sedang dikejar pasukan Uni Soviet di penghujung Perang Dunia II pada 1945. Tahun lalu, dua pemburu harta karun Piotr Koper dan Andreas Richter mengklaim bahwa mereka sudah dekat dengan penemuan kereta-kereta itu. Klaim itu berdasarkan temuan radar mereka yang disebut menampilkan gambar-gambar sejumlah kereta terkubur di bawah tanah sedalam sembilan meter. Namun, setelah mencoba mencari selama beberapa pekan, pada Rabu (24/8/2016), kedua pemburu harta karun itu meny...

Migrasi Manusia

Migrasi Manusia ke Nusantara Membawa Penyakit  KOMPAS.com   - Migrasi manusia pada masa lampau, selain membawa produk kebudayaan, seperti bahasa dan budaya, juga membawa penyakit. Demikian pula migrasi Austronesia ke Nusantara sekitar 4.000 tahun lalu. Sebaran manusia Austronesia di Asia Tenggara (Wikipedia). Dengan memahami migrasi penyakit, penelusuran mengenai asal-usul dan diaspora nenek moyang memiliki dimensi kekinian kuat. "Saya setuju penelusuran asal-usul bangsa ini penting untuk mengetahui gambaran pemikiran, paham, ataupun anggapan tentang sikap suatu bangsa. Pengetahuan tentang asal-usul nenek moyang juga bermanfaat bagi penguatan identitas bangsa Indonesia pada masa mendatang," tutur Sangkot Marzuki, ahli genetika Kepala Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, pembicara kunci simposium Diaspora Austronesia, di Badung, Bali, Selasa (19/7/2016). Selain itu, manfaat kekinian lain, pengetahuan soal asal-usul nenek moyang itu sangat dibutuhkan dalam mengatasi pers...
New Thoughts on Borneo’s “Deep Skull”  SYDNEY, AUSTRALIA—“Deep Skull,” a 37,000-year-old cranium discovered in Niah Cave on the island of Borneo, has been examined by Darren Curnoe of the University of New South Wales. When the skull was first studied after its discovery in 1958, researchers concluded that it belonged to an adolescent male who was closely related to modern indigenous Australians. That interpretation became part of a hypothesis postulating that Borneo’s first inhabitants were replaced by migrating farmers from southern China. (Curnoe) According to the  International Business Times , Curnoe suggests the skull belonged to an older woman and that it “more closely resembles people today from more northerly parts of Southeast Asia.” In this view, the remains could represent the ancestors of Borneo’s modern indigenous population. In this scenario, the island’s indigenous people adopted farming some 3,000 years ago. (Curnoe) (Archaeology Magazine, 29/06/2016 )...
More on 17th-C. Remains Unearthed in Durham, England  DURHAM, ENGLAND—Researchers from Durham University have examined the bones of up to 28 individuals thought to have been Scottish prisoners of war captured at the Battle of Dunbar in 1650 by the English army. Historical sources say that at least 4,000 men were taken prisoner and marched to Durham Cathedral and castle, where they were held. The bodies in the two graves had been placed there haphazardly. Marks on the bones, perhaps made by scavenging animals, suggest that the graves were left open over a period of time. (Jeff Veitch) According to a report in  Chronicle Live , the scientists have found many of the individuals to have been between 13 and 25 years old at the time of death. The condition of their teeth suggests that the young men had experienced malnutrition and disease in childhood, and that some of them smoked pipes, which became popular in the 1630s. Their lack of healed wounds suggests that they had not...
Roman Coin Cache Discovered in Spain TOMARES, SPAIN—Construction workers in southern Spain discovered 19 amphoras containing 1,300 pounds of Roman coins. (City Council of Tomares) The unused bronze and silver-coated coins date to the fourth century A.D. Ana Navarro of the Seville Archaeological Museum said that the coins studied so far bear images of the emperors Constantine and Maximian. She thinks that the coins may have been stored to pay soldiers or civil servants. “It is a unique collection and there are very few similar cases,” she said in a  BBC News  report. (Archaeological Museum of Seville) (Archaeology Magazine, 29/04/2016 ).