Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Klasik

Candi Gëmpoer & Proedoeng? Bagian-1

Candi Gëmpoer & Proedoeng , a missing link? Sisa yang hilang... Bagian-1 “In Këdiri noemen wij vooreerst een paar plaatsen ten Noord-Oosten van de hoofdstad, in de richting van Tigawangi-Soerawana. Het zijn de Tjandi Gëmpoer en de een paar K.M. meer Westelijk gelegen Tjandi Proedoeng“ Demikian NJ Krom mengawali tulisannya tentang catatan mengenai Tjandi Gëmpoer & Tjandi Proedoeng (nama sesuai ejaan asli masa itu), dalam “ Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst” , yang diterbitkan tahun 1920 dan direvisi kembali tahun 1923. Menurut Nicolaas Johannes Krom berdasarkan kesaksian catatan (notulen) serta laporan peneliti-peneliti sebelumnya, pada halaman 312 (Jilid II, revisi edisi tahun 1923) di bagian bahasan “ Ongedateerde Oost-Javaansche tem pels” (= Candi di Jawa Timur Tanpa Angka Tahun) menyebutkan bahwa ” Di wilayah Kediri, pertama kali kami menyebut beberapa tempat di sebelah timur laut ibu kota, ke arah Tigawangi & Soerawana. Itu adalah Candi Gëmpoe...

Situs Candi (Petirtaan) Kepung

Situs Candi (Petirtaan) Kepung 1. Lokasi dan Stratigrafi Situs Jatimulyo terletak di dusun Jatimulyo, desa Kepung, kabupaten Kediri yang secara geografis terletak pada koordinat  7 O 40 I 20 II LS  dan  112 O 15 I 35 II BT  dari meridian Jakarta. Jarak antara desa Kepung dengan kota Kediri sekitar 40 km, atau kurang lebih 20 km dari Pare. Situs Jatimulyo ditemukan pada tahun 1983, berupa bangunan petirtaan yang ada di halaman rumah Bapak Sukemi. Bangunan ini semuanya tertutup tufa vulkanik hasil erupsi Gunung Kelud. Menurut Bammelen (1949), Gunung Kelud dengan ketinggian 1731 m termasuk dalam Zona Solo yang terbentuk dari sederetan besar kelompok Vulkan Kuarter dengan dataran antar pegunungan dimulai dari Sundoro dan Sumbing (Jawa tengah) hingga Arjuno (Jawa Timur). Gunung Kelud merupakan gunungapi yang bercirikan lahar panas dan dingin. Morfologinya tidak teratur, terdapat pundak-pundak tajam dan lembah-lembah yang curam. Oleh karena itu ...

Kabar Dari Prasasti Tentang Saluran Air (Bagian 1)

Kabar Dari Prasasti Tentang Saluran Air  (The Dam Inscription Series - 1)  Sudetan di Prasasti Tugu Dari sudetan laut di Jakarta hingga suratan do’a mendapatkan kebahagiaan dari Palembang, semua ada dalam prasasti tentang saluran air. Sebelumnya kita mengenal Prasasti Harinjing yang peristiwa di dalamnya ditetapkan menjadi harijadi Kabupaten Kediri tiap tahunnya, bertepatan dengan tanggal 25 Maret sesuai dengan bunyi pasal 1 surat keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kediri pada tanggal 22 Januari 1985 nomor 82 tahun 1985 oleh pejabat Bupati Drs. Usri Sastradiredja . Prasasti Harinjing memperingati peristiwa pembuatan tanggul kali/saluran air di Culangi oleh tokoh masyarakat masa itu bernama Bhagawanta D harī. Prasasti ini bisa diibaratkan seperti surat keputusan Raja atau pejabat pembantu raja yang sedang dirapel, karena ada 3 peristiwa berbeda waktu yang digabung dalam satu batu prasasti. Mungkin itu lazim dilakukan di jamannya oleh raja maupun pembantunya. pras...

Yang Tersurat dari Prasasti Harinjing

Yang Tersurat dari Prasasti Hari ñ ji ŋ Bagian Depan ( Recto ) ❶ swasti śakawarṣātīta 706 (=702) caitra; ❷ māsa tith ī   ĕ ka daśī śuklapakṣa wāra ha. wa. so. ta tkā- ; ❸ la bhagawanta b ā r ī (=dharī) i culaŋgi sumak ṣ yakan s ī m ā nira n mula ḍ awu-; ❹ han gawai nira kali i hariñji ŋ hana ta l ĕ ma ḥ ḍ apu bhi saŋ apati ḥ a; ❺ tuha kamwah deni kali hineyan l ĕ ma ḥ satamwah de bhagawanta b ā r ī (=dharī) (Atmodjo, 1985:49-52) Lafal di atas disadur dari uraian Prasasti Hari ñ jiŋ A (726 Śaka /804 Masehi) yang menjadi dasar penetapan harijadi Kabupaten Kediri hingga saat ini. Pandangan di atas disampaikan Drs. MM. Soekarto Karto Atmodjo (1985), seorang epigraf dari Universitas Gajah Mada dalam artikel “Sekitar Masalah Sejarah Kadiri Kuna”, yang diterbitkan Lembaga Javanologi dan Universitas Kadiri. Apakah Prasasti Harinjing itu? Kita perlu tahu dulu, apa itu prasasti? Kata “prasasti” berasal dari bahasa Sansekerta, praśāst i yang arti halfiahnya bermakna “puji-pujian”,...

perdhikan lurah i wetan daha

Perdhikan lurah i wetan daha … Perjalanan  pulang  Raja Hayam Wuruk dari Palah… Menurut uraian Nagarakrtagama ( Desawarnana ) menyebutkan dalam Pupuh 61:2 memberikan penjelasan perjalanan Raja Hayam Wuruk menuju ke selatan Blitar : ❷ ndan ri çakha tri tanu rawi riɳ weçaka, çri natha muja mara ri palah sabhrtya, jambat siɳ ramya pinaraniran / lanlitya, ri lwaɳ wentar mmanuri balitar mwaɳ jimbe (Kern 1919). Menyebutkan Raja Hayam Wuruk (çri natha) pada Tahun Saka 1283 (tiga badan dan bulan) Bulan Waisaka, baginda raja berangkat menyekar ke Palah, kemudian mampir ke Lawang Wentar, Balitar dan Jimbe. Kemudian pada uraian pupuh berikutnya, Pupuh 62:2 menyebutkan : ❷ çri narapaty amargga ri jukuɳ jo yanabajran / pamurwwa, prapta raryyan i bajralaksmin amgil / ri çurabhane sudarmma; Pada saat pulang dari Palah (Ribut Palah), Raja Hayam Wuruk (çri narapaty ) mengambil jalan Jukung, Jnanabajra terus k timur, berhenti di Bajralaksmi dan bermalam di pedharmaan S...